Forum
Lingkar Pena (FLP) Yogyakarta berpartisipasi dalam Musyawarah Nasional (MUNAS)
Ke-3 di Hotel Green Villas, Denpasar,
Bali, pada tanggal 29 Agustus sampai dengan 1 September 2013 kemarin. Momentum
munas kali ini bukan hanya bertaraf nasional tetapi sudah bertaraf
internasional karena dihadiri oleh delegasi dari Saudi Arabia, Hongkong dan Malaysia.
Di samping itu, agenda rutin empat tahunan ini terasa istimewa karena dihadiri
oleh salah seorang peneliti dari Universitas Hamburg yang sangat tertarik
dengan dinamika FLP dan kontribusinya dalam mengembangkan sayap literasi di
Indonesia.
Sebanyak
146 orang yang hadir pada Munas sebagai delegasi FLP tingkat wilayah dan cabang
di Indonesia. Mereka berasal dari perwakilan Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi,
Sumetera Barat, Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah,
D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, hingga Papua. Munas ini diselenggarakan
sebagai sarana silaturahim bagi anggota FLP yang berjumlah lebih dari 6000 yang
tersebar di berbagai wilayah dan cabang di Indonesia dan mancanegara. Sebagai
acara puncak, berupa pemilihan dan peresmian pengurus baru yang akan menjabat
untuk periode 2013- 2017 mendatang.
Pembukaan
Munas ini dibuka langsung oleh Gubernur Bali yang diwakilkan kepada Ida Bagus
Putu Kumara. Ia menuturkan bahwa “penulis adalah sekelompok orang yang
benar-benar menikmati hidup.” Hal ini ia sampaikan mengingat kesan beliau yang
sangat bagus dengan kiprah FLP selama 16 tahun dan sudah menghasilkan berbagai
macam karya fenomenal. Sebut saja Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazzy yang telah menjadi mega best seller nasional.
Dalam
Munas ke-3 ini, FLP mengusung tema ”Quo vadis Penulis Digital Indonesia”.
Dimeriahkan dan dihadiri oleh penulis senior Helvi Tiana Rossa, Gola Gong,
Habiburrahman El Shirazzy, Irfan Hidayatullah, Intan Savitri, Oka Rusmini,
Afifah Afra dan Sinta Yudisia. Kang Abik (panggilan akrab Habiburrahman El
Shirazzy) menuturkan, “ Munas FLP ketiga kali ini dapat menjadi ajang membangun
semangat jihad bil qalam sesama penulis dan juga sarana berbagi inspirasi untuk
menyebarkan manfaat untuk ummat dengan tulisan-tulisan yang berkualitas.”
“Bagi
kami, ini adalah sarana silaturahim para penulis yang insya Allah dapat saling
menguatkan dan menopang untuk terus berjuang mencerahkan Indonesia dengan
tulisan. Berbakti, Berkarya, Berarti sebagai slogan yang memiliki makna
mendalam bagi kami. Berbakti berarti menulis sebagai salah satu bentuk
pengabdian kita kepada Allah, kemudian berkarya agar amal nyata kita dapat dirasakan
oleh orang-orang sekitar kita, sehingga
dengan berbakti dan berkarya kita dapat menorehkan ‘arti’ di dalam kehidupan
ini. " Tutur Solli Murtyas sebagai delegasi sekaligus ketua FLP Wilayah
D.I. Yogyakarta.
Di
penghujung serangkaian agenda MUNAS FLP ke-3, telah terpilih berdasarkan
musyawarah Sinta Yudisia sebagai ketua umum FLP periode 2013-2017. Ia
menggantikan Intan Savitri sebagai ketua umum sebelumnya. Di sela-sela pidato
perdananya beliau menuturkan, “Siapapun
kita harus siap memimpin, atau memikul amanah seiring usia kedewasaan dan
kematangan. Bila semakin bertambah usia kita tidak memasuki tahap keinginan
untuk melakukan sesuatu dalam lingkup sosial, berarti ada yang salah dalam
perkembangan kepribadian kita. Usia matang ditunjukkan dengan keberanian
menghadapi masalah, menghadapi peluang, menghadapi tantangan.” Sinta Yudisia
adalah seorang penulis FLP yang produktif, beberapa buku yang telah terbit
adalah The Road to the Empire, Rinai, Takhta Awan, Rose, Lafaz Cinta, dan yang
terbarunya adalah Kitab Cinta dan Patah Hati. (sdm)