Tetesan embun pagi tidak dapat mewakili betapa sejuknya ukhuwah orang-orang mukmin yang mengikatkan hatinya hanya kepada Allah. Dalam persaudaran yang berdimensi keimanan, kemudian kebersamaan di atas semangat perjuangan di jalan Allah, akan menjadi rantai penting yang saling menguatkan ketika kita mengarungi derasnya permasalahan dan tantangan hidup di dunia ini.
Ketika zaman menuntut kesatuan dan kebersamaan umat untuk menghadapi fitnah dunia. Biarkanlah setiap hati orang-orang mukmin terus tenggelam dalam samudera keberlimpahan kasih sayang karena Allah. Fitnah dunia kini ibarat musuh-musuh yang siap menerkam dan berebut makanan di atas piring, ironisnya makanan itu sekarang kita. Umat Islam yang hakikatnya segolongan manusia yang dipilih Allah untuk menjadi penebar kemaslahatan di manapun mereka berada. Kaum yang dijamin oleh Allah menjadi pewaris bumi dengan segala amanah dan tanggung jawab besar untuk memberikan yang terbaik untuk siapapun yang mengenalnya.
Berbeda halnya dengan zaman Rasulullah bersama para sahabatnya dahulu, indah dan manisnya buah ukhuwah yang telah terjalin hingga kedudukan seorang saudara bagi saudara lainnya karena Allah menjadi suatu hal yang lebih diutamakan dibandingkan urusan pribadi, sekalipun itu bermaslahat untuk diri mereka sendiri. Karena kebaikan untuk saudara yang lain menjadi pilar pengharapan yang bersendikan kecintaan mereka terhadap orang lain yang seiman melebihi kecintaan mereka terhadap diri sendiri. Inilah nikmat persaudaraan yang begitu indah yang telah Allah anugerahkan kepada generasi terdahulu. Sekali lagi, ini adalah perekatan hati karena Allah, ikatan batin karena keimanan, sehingga kekuatan yang muncul berupa ikatan persaudaran yang kokoh dan persatuan yang nyaris tak bisa digoyahkan.
Kini, biarkan fitrah itu tetap merekah di setiap kita. Fitrah ukhuwah yang terus mengikat hati setiap mukmin dengan simpul terindah. Ikatan hati yang terus kokoh bukan karena keangkuhan diri, juga bukan karena kerasnya hati akibat kesombongan yang terus mengendap di dalamnya. Ukhwah akan terikat indah dengan simpul itsar dan pengorbanan. Itsar dalam hal kebermaslahatan bersama, hingga jalan menuju kebahagiaan dan kebermaknaan hidup tidak kita gapai sendirian, tetapi bersama orang-orang mukmin yang kita cintai. Begitupun pengorbanan yang kita berikan, itulah wujud kesungguhan menggali makna hidup ini. Hingga suatu saat nanti buah dari ini semua adalah ketika kita berangkulan satu sama lain meniti jejak perjuangan menuju Allah.
Fase indahnya simpul ukhuwah yang merekatkan jiwa-jiwa Rabbani, pernah Allah gambarkan di dalam sosok Abdullah bin Mas ’ud radhiallahu anhu. Secarik kisah indah ini benar-benar menorehkan tinta emas di kalangan para sahabat terdahulu. Sebuah ungkapan dari beliau yang kerap kali disampaikan dalam bentuk satu perkataan hingga nyaris dihafal oleh para sahabatnya. Perkataan itu adalah, ungkapan hatinya kepada sahabat-sahabatnya, “Antum jalaa-u qalbi ”, kalian adalah penyejuk hatiku. Indah dan menyentuh sekali kata-kata Abdullah bin Mas ’ud radhiallahu anhu. Beliau adalah sahabat yang disebut Rasulullah saw, sangat memahami Al Quranul Karim. Tapi di sisi lain beliau begitu cerdas menempatkan dirinya dalam ruang kenyamanan hati setiap sahabat yang ditemui. Ruang itu telah terisi oleh cahaya yang memancarkan rasa kagum dan memiliki daya sentuh yang mencerahkan pikiran dan membuka hati para sahabat ketika itu.
Biarkanlah bulir-bulir kisah indah itu terus mengendap di setiap jiwa kita yang memang butuh banyak penyejuk di tengah kehampaan batin yang kerap kali singgah di hati akibat dosa yang telah bertumpuk padu bersama kelalaian-kelalaian kita terhadap saudara seiman. Saatnya kita menata hati ini, karena satu hal yang sering kita lupa bahwa dalam dakwah kita juga berbicara tentang makna dan rasa...