Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, saya menyadari satu hal
bahwa dinamika dakwah membuat kita belajar bahwa pengalaman mengajarkan lebih
banyak daripada seribu buku. Semakin banyak pohon yang berhasil kita tebang,
semakin dekat kita dengan predikat ahli. Maka jika kita takut gagal menebang
pohon sehingga tidak pernah melakukannya, kita hanya akan berakhir menjadi
seorang pengumpul ranting kecil yang berserakan.
Kedewasaan dalam menyelesaikan masalah, ketenangan hati dan
pikiran, ketajaman insting dan kreativitas hanya bisa didapat melalui
aktivitas, bukan dengan sekedar mempelajari teori. Masih sangat banyak pohon
yang harus ditebang, bukan hanya agar pohon itu tumbang, tapi agar kita siap
ketika harus berhadapan dengan pohon yang paling besar di proses selanjutnya.
Adab terpenting yang harus dibangun sesama aktivis dakwah adalah
adab saling belajar. Ia merupakan bagian dari tradisi ilmu yang harus
dipertahankan karena ia adalah bagian dari budaya da’i dan ulama kita
terdahulu. Dengan proses pembelajaran di dalam dakwah, maka setiap orang yang
berada di dalamnya bertumbuh dan semakin matang menghadapi tantangan dan ujian
hidup.
Jika kita memahami bahwa kita adalah organisasi yang di dalamnya
berisi sekumpulan manusia. Maka organisasi ini tidak akan lepas dari kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karenanya ia tidak bisa disebut sebagai organisasi yang
berisi kumpulan malaikat yang jauh dari sifat tercela. Barangkali di luar
organisasi dakwah, yang tidak mengikatkan diri untuk beredar bersamanya ada
sebagian besar dari mereka yang lebih dekat kepada Allah, lebih memaknai kata
dakwah dengan makna yang lebih valid. Sedangkan tidak sedikit kader dakwah yang
belum memiliki kefahaman, belum mengenal Islam secara mendalam dan menyeluruh,
belum berakhlak Islami, belum memiliki militansi para mujahid dakwah, bahkan
tidak tertutup kemungkinan hatinya masih dikotri oleh berbagai penyakit.
Bagi saya ini adalah sebuah kewajaran, karena ia sekali lagi
adalah sekumpulan manusia yang terdorong hatinya untuk menjadi seorang untuk
menjadi lebih baik, mencoba sedikit mencicipi cita rasa dakwah meskipun belum
sadar sepenuhnya untuk berkomitmen terhadapnya.
Jika kita ingin mengambil langkah untuk berproses di dalam sebuah
pembelajaran bersama dakwah kampus untuk melakukan perbaikan, maka pastikan
bahwa ia adalah proses dua arah yang menjadikan diri kita baik dan juga
memberikan pengaruh baik kepada orang lain. Bukankah jika kita hendak
membersihkan lantai, maka pastikan bahwa kita memiliki sapu yang bersih untuk
membersihkannya?
Adab saling
menasihati menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam dakwah kampus. Karena
di dalam Al Quran, Allah Memberikan gambaran bahwa hak saling menasihati sesama
mukmin itu disebutkan tiga kali, yaitu saling menasihati dalam kebenaran,
kesabaran dan kasih sayang. Sehingga dengan inilah ukhuwah yang berlandaskan
kokohnya akidah akan terbangun di kalangan para aktivis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar