Jumat, 26 Juli 2013

Membangun Adab Dakwah



Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, saya menyadari satu hal bahwa dinamika dakwah membuat kita belajar bahwa pengalaman mengajarkan lebih banyak daripada seribu buku. Semakin banyak pohon yang berhasil kita tebang, semakin dekat kita dengan predikat ahli. Maka jika kita takut gagal menebang pohon sehingga tidak pernah melakukannya, kita hanya akan berakhir menjadi seorang pengumpul ranting kecil yang berserakan.
Kedewasaan dalam menyelesaikan masalah, ketenangan hati dan pikiran, ketajaman insting dan kreativitas hanya bisa didapat melalui aktivitas, bukan dengan sekedar mempelajari teori. Masih sangat banyak pohon yang harus ditebang, bukan hanya agar pohon itu tumbang, tapi agar kita siap ketika harus berhadapan dengan pohon yang paling besar di proses selanjutnya.
Adab terpenting yang harus dibangun sesama aktivis dakwah adalah adab saling belajar. Ia merupakan bagian dari tradisi ilmu yang harus dipertahankan karena ia adalah bagian dari budaya da’i dan ulama kita terdahulu. Dengan proses pembelajaran di dalam dakwah, maka setiap orang yang berada di dalamnya bertumbuh dan semakin matang menghadapi tantangan dan ujian hidup.
Jika kita memahami bahwa kita adalah organisasi yang di dalamnya berisi sekumpulan manusia. Maka organisasi ini tidak akan lepas dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karenanya ia tidak bisa disebut sebagai organisasi yang berisi kumpulan malaikat yang jauh dari sifat tercela. Barangkali di luar organisasi dakwah, yang tidak mengikatkan diri untuk beredar bersamanya ada sebagian besar dari mereka yang lebih dekat kepada Allah, lebih memaknai kata dakwah dengan makna yang lebih valid. Sedangkan tidak sedikit kader dakwah yang belum memiliki kefahaman, belum mengenal Islam secara mendalam dan menyeluruh, belum berakhlak Islami, belum memiliki militansi para mujahid dakwah, bahkan tidak tertutup kemungkinan hatinya masih dikotri oleh berbagai penyakit.
Bagi saya ini adalah sebuah kewajaran, karena ia sekali lagi adalah sekumpulan manusia yang terdorong hatinya untuk menjadi seorang untuk menjadi lebih baik, mencoba sedikit mencicipi cita rasa dakwah meskipun belum sadar sepenuhnya untuk berkomitmen terhadapnya.
Jika kita ingin mengambil langkah untuk berproses di dalam sebuah pembelajaran bersama dakwah kampus untuk melakukan perbaikan, maka pastikan bahwa ia adalah proses dua arah yang menjadikan diri kita baik dan juga memberikan pengaruh baik kepada orang lain. Bukankah jika kita hendak membersihkan lantai, maka pastikan bahwa kita memiliki sapu yang bersih untuk membersihkannya?
Adab saling menasihati menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam dakwah kampus. Karena di dalam Al Quran, Allah Memberikan gambaran bahwa hak saling menasihati sesama mukmin itu disebutkan tiga kali, yaitu saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. Sehingga dengan inilah ukhuwah yang berlandaskan kokohnya akidah akan terbangun di kalangan para aktivis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar