Saya mengawali
tulisan ini dengan ungkapan yang indah dari Ibnul Qayyim Rahimahullah, “Bila manusia disibukkan dengan dunia, maka sibukanlah
dirimu dengan Allah. Bila manusia gembira dengan dunia, maka gembirakanlah
dirimu dengan Allah. Bila manusia merasa nyaman dengan yang dicintainya dari
makhluk, maka rebutlah rasa nyamanmu bersama Allah. Bila manusia pergi kepada
raja dan petinggi manusia untuk meminta rizki, maka pergilah engkau kepada
Allah...”
Betapa ungkapan
beliau menyiratkan berjuta makna penghambaan yang luar biasa. Ketika hiruk
pikuk dunia telah mulai melenakan jiwa yang seharusnya khyusuk bergantung
pada-Nya, di saat yang lain boleh jadi sesaat kita lupa bahwa kesibukan kita
dengan dunia menyita perhatian dan waktu khusus kita kepada Allah. Dari sinilah
kita mulai menatap dan merenungi langkah. Satu momentum di mana setiap amal
kebaikan menuai berkah, di mana setiap detik waktu bernilai ampunan.
Ramadhanku, kubisikkan rinduku padamu...
Ramadhanku,
boleh jadi rasa ini adalah rindu yang senantiasa rutin Allah hadirkan setiap
tahunnya untukku. Sehingga mungkin ia hanya menjadi ritual dan rutinitas
emosional yang hadir di setiap saat hati menatap masa bersamamu. Bulan berganti
dalam setahun, dan rindu ini hadir kembali ingin menyambut kehadiranmu. Namun,
entah apakah ini hanya kerinduan yang hanya hadir dan pergi begitu saja. Semakin
dekat dengan waktu berjumpa denganmu, semakin gelisah hati jika kesiapanku
terbelenggu. Yaa Rabb, tuntun aku menuju kesiapanku...
Ramadhanku,
hal yang paling aku takuti adalah ketika Allah menyabut rasa takutku karena
mengecewakanmu. Rasa tenang, damai, rindu ini yang Allah hadirkan menjadi
butiran debu yang terhempas karena takutku memutuskan harapku. Ketika engkau
hadir tanpa kesan dalam hidupku, ketika luasnya berkah dan ampunan malah
menjadikan sempit hatiku karena nikmat dunia yang tak jua pergi dari benakku berdebu.
Semoga Allah menjadikan engkau penghapus dosaku...
Ramadhanku,
aku menyadari bahwa orang yang sebenarnya dipenjara adalah orang yang hatinya
dipenjara dari kedekatan dengan Allah. Orang yang dibelenggu adalah orang yang
dibelenggu oleh hawa nafsunya. Maka jangan biarkan diri ini terpenjara dan
terbelenggu karena hawa nafsu ini. Engkaulah teman yang membersamaiku melawannya,
jangan biarkan aku tak mampu menghadapi karena lemahnya iman dan kurangnya
kesungguhan hati. Ikatlah mereka dengan ikatan terbaik agar ia tak dapat
mengotori hati, hadirkan kekuatan iman untuk mengendalikannya.
Ramadhanku,
jika ini adalah saat terakhir aku berjumpa denganmu. Maka jadikan persiapan ini
adalah persiapan terbaik untuk berjumpa denganmu. Memberikan ketaatan terbaik
kepada Allah agar engkau menjadi saksi kesungguhan hati ini untuk menyambutmu
dengan suka cita. Jika diri ini tak mampu berjumpa denganmu, maka jadikanlah
proses persiapan ini sebagai jihad dan amal terbaik yang kupersembahkan untuk
Allah. Jika Allah berkenan mengizinkanku untuk bertemu, maka jadikanlah engkau
sebaik-baiknya ladang amal untukku menyemai akhiratku. Semoga Allah
menyibukanku dengan ketaatan dan cinta-Nya, sehingga aku dapat merasakan
ketentraman dan keteduhan hati di setiap waktu dan berdetaknya jantung
sepanjang hidup ini. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar