Senin, 01 Juli 2013

Ramadhanku, Kubisikan Rinduku Padamu...




Saya mengawali tulisan ini dengan ungkapan yang indah dari Ibnul Qayyim Rahimahullah, “Bila manusia disibukkan dengan dunia, maka sibukanlah dirimu dengan Allah. Bila manusia gembira dengan dunia, maka gembirakanlah dirimu dengan Allah. Bila manusia merasa nyaman dengan yang dicintainya dari makhluk, maka rebutlah rasa nyamanmu bersama Allah. Bila manusia pergi kepada raja dan petinggi manusia untuk meminta rizki, maka pergilah engkau kepada Allah...”

Betapa ungkapan beliau menyiratkan berjuta makna penghambaan yang luar biasa. Ketika hiruk pikuk dunia telah mulai melenakan jiwa yang seharusnya khyusuk bergantung pada-Nya, di saat yang lain boleh jadi sesaat kita lupa bahwa kesibukan kita dengan dunia menyita perhatian dan waktu khusus kita kepada Allah. Dari sinilah kita mulai menatap dan merenungi langkah. Satu momentum di mana setiap amal kebaikan menuai berkah, di mana setiap detik waktu bernilai ampunan. Ramadhanku, kubisikkan rinduku padamu...

Ramadhanku, boleh jadi rasa ini adalah rindu yang senantiasa rutin Allah hadirkan setiap tahunnya untukku. Sehingga mungkin ia hanya menjadi ritual dan rutinitas emosional yang hadir di setiap saat hati menatap masa bersamamu. Bulan berganti dalam setahun, dan rindu ini hadir kembali ingin menyambut kehadiranmu. Namun, entah apakah ini hanya kerinduan yang hanya hadir dan pergi begitu saja. Semakin dekat dengan waktu berjumpa denganmu, semakin gelisah hati jika kesiapanku terbelenggu. Yaa Rabb, tuntun aku menuju kesiapanku...

Ramadhanku, hal yang paling aku takuti adalah ketika Allah menyabut rasa takutku karena mengecewakanmu. Rasa tenang, damai, rindu ini yang Allah hadirkan menjadi butiran debu yang terhempas karena takutku memutuskan harapku. Ketika engkau hadir tanpa kesan dalam hidupku, ketika luasnya berkah dan ampunan malah menjadikan sempit hatiku karena nikmat dunia yang tak jua pergi dari benakku berdebu. Semoga Allah menjadikan engkau penghapus dosaku...

Ramadhanku, aku menyadari bahwa orang yang sebenarnya dipenjara adalah orang yang hatinya dipenjara dari kedekatan dengan Allah. Orang yang dibelenggu adalah orang yang dibelenggu oleh hawa nafsunya. Maka jangan biarkan diri ini terpenjara dan terbelenggu karena hawa nafsu ini. Engkaulah teman yang membersamaiku melawannya, jangan biarkan aku tak mampu menghadapi karena lemahnya iman dan kurangnya kesungguhan hati. Ikatlah mereka dengan ikatan terbaik agar ia tak dapat mengotori hati, hadirkan kekuatan iman untuk mengendalikannya. 

Ramadhanku, jika ini adalah saat terakhir aku berjumpa denganmu. Maka jadikan persiapan ini adalah persiapan terbaik untuk berjumpa denganmu. Memberikan ketaatan terbaik kepada Allah agar engkau menjadi saksi kesungguhan hati ini untuk menyambutmu dengan suka cita. Jika diri ini tak mampu berjumpa denganmu, maka jadikanlah proses persiapan ini sebagai jihad dan amal terbaik yang kupersembahkan untuk Allah. Jika Allah berkenan mengizinkanku untuk bertemu, maka jadikanlah engkau sebaik-baiknya ladang amal untukku menyemai akhiratku. Semoga Allah menyibukanku dengan ketaatan dan cinta-Nya, sehingga aku dapat merasakan ketentraman dan keteduhan hati di setiap waktu dan berdetaknya jantung sepanjang hidup ini. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar