Kebersamaan
akan terasa hambar ketika keberkahan tidak timbul di dalamnya. Ukhuwah akan
terasa kering jika selama ini kebersandaran kita menjalin ukhuwah hanya
berlabuh pada cita jangka pendek, tidak mendekatkan pada Allah. Keberislaman
kita pun tidak akan sempurna sebelum kita dapat bermanfaat bagi orang lain.
Menjadi pengingat, saling menasehati satu sama lain dan juga penghibur hati
yang lara. Jadikanlah keberkahan senantiasa membersamai nafas hidup kita,
ukhuwah Islamiyah pengikat hati kita, akhirat orientasi kehidupan kita dan...
cinta Allah sebagai tujuan hidup kita.
Sebagai
hadiah istimewa untuk kita semua yang setia, menceritakan kisah yang sarat
makna dari seorang sufi bernama Abu Ben Azim. Ketika itu Abu Ben Azim terbangun
di tengah malam. Kamarnya terang benderang tersinari
cahaya, dan
ditengah cahaya itu ada sosok makhluk (yg ternyata malaikat) dengan sebuah buku
ditangan. Sedang apa Anda ?” Tanya Abu Ben pada malaikat tersebut. ”Saya sedang
mencatat daftar pecinta Allah “ jawab malaikat
tersebut. Adakah nama saya tercantum disana wahai malaikat? tanya Abu Ben
harap-harap cemas. Malaikat menyodorkan buku yang dipegangnya, Abu Ben
melihatnya dan tak lama kemudian dia kecewa, tidak ada namaku disini. Namun dia
segera bercermin, ”mungkin aku memang terlalu kotor untuk menjadi pecinta Allah,
jikalau demikian, biarlah
sejak malam ini aku menjadi pecinta manusia saja.
Beberapa malam kemudian, ia terbangun lagi di tengah
malam. Kamarnya kembali terang benderang, malaikat yang bercahaya itu hadir
kembali. Namun Abu Ben terkejut karena kini namanya tercantum di rating teratas
daftar pecinta Allah. Wahai malaikat, bukankah aku bukan pecinta Allah? aku
hanyalah pecinta manusia. Kata malaikat, ”baru saja Allah berkata bahwa engkau
tidak akan pernah bisa mencintai Allah hingga engkau mencintai sesama manusia”.
Rupanya Abu Ben kemudian memproyeksikan cinta dan
rindunya kepada Allah dengan berbagi kasih kepada kaum fakir miskin, dia dekati
dan belai anak yatim, dia curahkan cinta itu kepada mereka. Dan memang dalam
sebuah hadist Qudsi Allah berfirman, ”Aku tidak menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Ku melainkan ia memberi
makan fakir miskin dan sholat ketika orang-orang tertidur lelap”
Sungguh,
menjadi renungan besar bagi kita semua... terlepas kisah ini fiktif, namun
menyimpan pembelajaran bagi yang teduh jiwanya. Teruslah memaknai hidup karena
hidup ini adalah kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk berjuang
memaknai hidup. Bukan hanya sekedar bertahan hidup. Karena hidup ini adalah
berkah agung manusia, di dalamnya pasti ada tawa, tangis, kesulitan, kemudahan,
kesenangan dan kesengsaraan. Namun bukan itu esensi hidup ini. Esensi hidup ini
adalah berupa jawaban dari sebuah pertanyaan: seberapa ikhlas dan
bersungguh-sungguhkah kita berjuang menjalani hidup ini ...?
Semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam
keadaan yang lebih mulia dari sekarang, di dunia maupun di akhirat. Hanya
kepada Allah kita kembali dan kepada-Nya pula kita memohon ampun.