Senin, 10 Juni 2013

SEKUMPULAN HARI





Sebuah pepatah arab mengatakan bahwa “sesungguhnya manusia hanyalah sekumpulan hari, jika satu hari berlalu dan hari selanjutnya tiba maka meleburlah salah satu bagian dari diri kita”. Betapa hidup ini ternyata hanyalah sebuah peristiwa meleburnya sebagian tubuh kita yang kadang terlupa untuk kita sadari. Mozaik kehidupan yang mengalir mengalunkan melodi keindahan duniawi seringkali membuat kita lengah untuk bangun dan beranjak untuk memaknai hidup ini. Tidak hanya sekedar menikmati lepasnya satu hari tanpa arti, namun  membuat hari-hari yang telah berlalu menjadi sebuah pembelajaran untuk kita jejaki sebagai langkah hidup yang lebih baik pada hari selanjutnya.


Jika berbicara mengenai perjuangan memaknai hidup, figur seorang  sahabat bernama Salman Al Farisi patut dijadikan sebuah pembelajaran yang mendalam. Sosok yang dikenal sebagai orang yang mempunyai keteguhan luar biasa dalam menapaki setiap langkah hidupnya untuk menemukan sebuah kebenaran hakiki. Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis,  Salman menggambakan kepada kita sebuah usaha keras dan perjuangan besar serta kemuliaan untuk mencari hakikat hidup yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta’ala dan membekas sebagai jalan hidup yang ditempuhnya. Kehausan akan sebuah kecenderungan terhadap kebenaran telah membuatnya rela menigggalkan kampung halaman yang bernama Ishafan untuk merantau ke barbagai tempat. Bertemu para petinggi agama nenek moyang untuk menghilangkan dahaganya mencari kebermaknaan hidup. Bahkan ia sempat menjadi budak yahudi dari kalangan bani Quraidhah di Madinah. Hingga sampailah ia kepada Rasulullah.
 
Suatu ketika Sa’ad bin Abi Waqqash datang menjenguk Salman yang juga dikenal dengan nama Abu Abdillah. Saat Sa’ad berkunjung, ia mendapati Salman sedang menangis. “Apa yang anda tangiskan, wahai Abu Abdillah” tanya Sa’ad, “padahal Rasulullah saw. Wafat dalam keadaan ridha terhadap anda?”
“demi Allah” ujar Salman, “aku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdanya ‘Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara’. Rupanya inilah yang mengisi kalbu Salman mengenai kekayaan dan kepuasan hidup. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, tahta dengan segala pengaruhnya.

Hari demi hari mungkin tak terasa telah menghanyutkan diri kita untuk berada di penghujung usia. Kumpulan hari yang sudah melebur tak akan pernah kembali menyusun kerangka tubuh kita. Hanya sebuah perenungan apakah hari-hari yang selama ini telah kita tinggalkan menjadi sebuah bekal amal kita seperti yang telah Rasulullah wasiatkan kepada Salman, atau mungkin hari-hari yang berlalu hanya berisi tarian-tarian kelalaian yang menggiring pada sebuah kerugian dan penyesalan kelak. 

Kita tidak akan pernah tahu seberapa besar susunan hari yang kita miliki sekarang. Ada yang masih banyak dan mungkin tinggal sedikit. Hanya Allah yang mengetahui secara detail jumlah hari yang menyusun diri kita sekarang. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang masih ada ini untuk melakukan yang terbaik. Menyusuri makna kehidupan hakiki dan berkontribusi untuk menambah perbendaharaan amal baik untuk bekal kita pada kehidupan yang kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar