Seorang
pemikir sekaligus tokoh pergerakkan Islam Abul Hasan Ali Al Hasani An-Nadwani
mengatakan, “Kata adalah sepotong hati”. Begitulah gambaran kata yang menjelma
menjadi sebuah ilustrator yang menggambarkan kepribadian, pola pikir hingga
wawasan seseorang. Kata memberikan pengaruh yang memusar pada sebuah gelombang
imajinasi dan pikiran manusia. Sehingga ia bisa menggerakkan, memainkan kadar
emosi, bahkan menjadi candu yang melenakan. Itulah sebabnya orang-orang jazirah
Arab dahulu sangat kental dengan syair dan sajak. Ia dapat memberikan kadar
emosi sekaligus candu yang menjadikan mereka nyaman untuk mengungkapkan
perasaan.
Di waktu yang lain Ibnul Qayyim Al
Jauziyah pernah mengatakan, “Singa tak pernah memangsa jika tak tinggalkan
sarang, anak panah jika tidak dilepaskan busur, takkan kena sasaran. Tentu
manusia akan bosan padanya dan enggan memandang, untuk itu, bergeraklah
sahabatku! Sekalipun besok hari kiamat”. Dari
metafora ini kita dapat memahami hal yang tersirat bahwa sebenarnya dengan kata
kita dapat membingkai nilai, pemikiran dan karakter pada diri seseorang, dengan
satu syarat: bergerak. Bergerak dengan kata, bagi sebagian orang adalah jendela
untuk melihat dunia. Bergerak dengan kata pun dapat mengubah halu pemikiran
orang biasa menjadi luar biasa. Bergerak dengan kata dapat memberikan pengaruh
terhadap keyakinan hingga ideologi seseorang.
Kekuatan gagasan di dalam kata pada
zaman sekarang lebih memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan wacana
tentang keadaan. Di tengah derasnya aliran informasi yang setiap saatnya
memberikan kesan bagi masyarakat. Maka kata menjadi hal yang penting untuk
menjadi indikator luasnya sudut pandang kita melihat sesuatu.
Karena kita tidak berjalan di sebuah ruang yang hampa dan statis, tetapi sesuai
dengan sunnahnya bahwa hidup ini senantiasa terisi berbagai macam medan
pertarungan yang rumit dan berliku. Baik secara fisik maupun pemikiran. Di
sekelilingnya ada kekuatan kebatilan yang senantiasa mengintai dan memaksakan
semua orang yang memiliki kekuatan gagasan di dalam kata untuk senantiasa
bertahan dan berjuang hingga titik akhir. Karena begitu banyak fitnah dan
kerusakan yang senantiasa menghadang. Kejujuran dalam berkata
adalah kuncinya. Sedangkan memahami referensi kebenaran kata dari sumber
munculnya inspirasi berupa Al Quran adalah landasannya.
Orang-orang
barat kini mencari cahaya di tengah kegelapan peradaban mereka. Namun kita
sebagai seorang muslim, tertidur dalam cahaya. Ini sebuah ironi. Ketika orang
bertebaran untuk mencari kebenaran dan mengukir sejarah dengan kata. Kita masih
terlelap dengan menganggap kata adalah ruang hampa tanpa makna. Padahal sumber
kekuatan kata dan cahaya inspirasi hidup yang kita miliki, seharusnya sudah ada
di tangan kita. Referensi tentang literatur kehidupan berupa Al Quran. Betapa
Rasulullah dan para sahabat digelari generasi terbaik yang pernah dimiliki oleh
umat, bukan karena mereka menorehkan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang gemilang di zaman mereka. Melainkan karena nilai-nilai Al Quran
telah terimplimentasi sehingga ia terwujud menjadi pandangan hidup. Bukan hanya
sekedar ayat-ayat kontekstual.
Pada
akhirnya, perlu kita renungi bahwasanya kata adalah sarana mendokumentasikan
setiap jenak fase kehidupan yang kita alami. Garis perjuangan dan kepahlawanan
kita dapat ditorehkan dengan kata. Menjadi jiwa yang mengerti makna hidup,
tentunya ia mampu memberikan arti kata setiap nafas hidupnya. Itulah sejarah
kita. Di mana kita bisa mencipta kisah perjuangan di setiap fase hidup yang
kita alami. Karena yakinlah, bahwa masing-masing dari kita memiliki kisah
perjuangan yang Allah telah gariskan. Hingga mengantarkan kita untuk menjadi
pahlawan di dalam sejarah hidup yang kita alami. Dari kata hingga menjadi
sejarah! Selamat berkarya, jika kau cinta, maka kata adalah sejarah hidup
kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar