Selasa, 11 Juni 2013

DARI KATA MENJADI SEJARAH


 
       Seorang pemikir sekaligus tokoh pergerakkan Islam Abul Hasan Ali Al Hasani An-Nadwani mengatakan, “Kata adalah sepotong hati”. Begitulah gambaran kata yang menjelma menjadi sebuah ilustrator yang menggambarkan kepribadian, pola pikir hingga wawasan seseorang. Kata memberikan pengaruh yang memusar pada sebuah gelombang imajinasi dan pikiran manusia. Sehingga ia bisa menggerakkan, memainkan kadar emosi, bahkan menjadi candu yang melenakan. Itulah sebabnya orang-orang jazirah Arab dahulu sangat kental dengan syair dan sajak. Ia dapat memberikan kadar emosi sekaligus candu yang menjadikan mereka nyaman untuk mengungkapkan perasaan.

Di waktu yang lain Ibnul Qayyim Al Jauziyah pernah mengatakan, “Singa tak pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang, anak panah jika tidak dilepaskan busur, takkan kena sasaran. Tentu manusia akan bosan padanya dan enggan memandang, untuk itu, bergeraklah sahabatku! Sekalipun besok hari kiamat”. Dari metafora ini kita dapat memahami hal yang tersirat bahwa sebenarnya dengan kata kita dapat membingkai nilai, pemikiran dan karakter pada diri seseorang, dengan satu syarat: bergerak. Bergerak dengan kata, bagi sebagian orang adalah jendela untuk melihat dunia. Bergerak dengan kata pun dapat mengubah halu pemikiran orang biasa menjadi luar biasa. Bergerak dengan kata dapat memberikan pengaruh terhadap keyakinan hingga ideologi seseorang. 

Kekuatan gagasan di dalam kata pada zaman sekarang lebih memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan wacana tentang keadaan. Di tengah derasnya aliran informasi yang setiap saatnya memberikan kesan bagi masyarakat. Maka kata menjadi hal yang penting untuk menjadi indikator luasnya sudut pandang kita melihat sesuatu. Karena kita tidak berjalan di sebuah ruang yang hampa dan statis, tetapi sesuai dengan sunnahnya bahwa hidup ini senantiasa terisi berbagai macam medan pertarungan yang rumit dan berliku. Baik secara fisik maupun pemikiran. Di sekelilingnya ada kekuatan kebatilan yang senantiasa mengintai dan memaksakan semua orang yang memiliki kekuatan gagasan di dalam kata untuk senantiasa bertahan dan berjuang hingga titik akhir. Karena begitu banyak fitnah dan kerusakan yang senantiasa menghadang. Kejujuran dalam berkata adalah kuncinya. Sedangkan memahami referensi kebenaran kata dari sumber munculnya inspirasi berupa Al Quran adalah landasannya.

Orang-orang barat kini mencari cahaya di tengah kegelapan peradaban mereka. Namun kita sebagai seorang muslim, tertidur dalam cahaya. Ini sebuah ironi. Ketika orang bertebaran untuk mencari kebenaran dan mengukir sejarah dengan kata. Kita masih terlelap dengan menganggap kata adalah ruang hampa tanpa makna. Padahal sumber kekuatan kata dan cahaya inspirasi hidup yang kita miliki, seharusnya sudah ada di tangan kita. Referensi tentang literatur kehidupan berupa Al Quran. Betapa Rasulullah dan para sahabat digelari generasi terbaik yang pernah dimiliki oleh umat, bukan karena mereka menorehkan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang gemilang di zaman mereka. Melainkan karena nilai-nilai Al Quran telah terimplimentasi sehingga ia terwujud menjadi pandangan hidup. Bukan hanya sekedar ayat-ayat kontekstual. 

Pada akhirnya, perlu kita renungi bahwasanya kata adalah sarana mendokumentasikan setiap jenak fase kehidupan yang kita alami. Garis perjuangan dan kepahlawanan kita dapat ditorehkan dengan kata. Menjadi jiwa yang mengerti makna hidup, tentunya ia mampu memberikan arti kata setiap nafas hidupnya. Itulah sejarah kita. Di mana kita bisa mencipta kisah perjuangan di setiap fase hidup yang kita alami. Karena yakinlah, bahwa masing-masing dari kita memiliki kisah perjuangan yang Allah telah gariskan. Hingga mengantarkan kita untuk menjadi pahlawan di dalam sejarah hidup yang kita alami. Dari kata hingga menjadi sejarah! Selamat berkarya, jika kau cinta, maka kata adalah sejarah hidup kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar